Rabu, 15 April 2020

Unsur Kebahasaan Teks Cerpen

Cerita pendek (cerpen) adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib tokohnya.

Cerpen ditulis pengarang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Pengalaman hidup ini kemudian diekspresikan ke dalam cerpen. Proses penciptaannya bukan semata-mata menggambarkan kehidupan nyata itu, melainkan didasari oleh pandangan pengarang. Pandangan inilah yang menggambarkan nilai dalam suatu cerpen. Seperti halnya sebuah kisah tentunya cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil sebagai contoh, diantaaranya adalah.
  1. Nilai agama : Berkaitan dengan pelajaran agama yang dapat dipetik dalam teks cerpen.
  2. Nilai Sosial : Berkaitan dengan pelajaran yang dapat dipetik dari interaksi sosial antara para tokoh dan lingkungan masyarakat dalam teks cerpen.
  3. Nilai moral : Nilai ini berkaitan dengan nilai yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Dalam cerpen nilai moral bisa berupa nilai moral negatif (buruk) atau nilai moral positif (baik).
  4. Nilai budaya : Nilai yang berkaitan erat dengan kebudayaan , kebiasaan, serta tradisi adat istiadat.
 adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang t Unsur Kebahasaan Teks Cerpen
Unsur Kebahasaan Teks Cerpen
Unsur kebahasaan teks cerpen adalah unsur-unsur yang membangun teks tersebut. Beberapa unsur kebahasaan teks cerpen antara lain ragam bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif.. berikut ini penjelasan mengenai unsur kebahasaan teks cerpen.

a. Ragam Bahasa Sehari-hari atau Bahasa Tidak Resmi
Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan bahasa resmi. Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata.

Dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku” karya Hiakri Inka, kita sering menemukan bahasa pergaulan sehari-hari.
Contoh:
“Coba deh kamu pikir alasan kamu ingin jadi psikolog, penyiar, novelis, pasti ada alasannya, kan?” potong kak Ruri. “Aku ingin jadi psikolog karena aku ingin memotivasi orang. Aku ingin jadi penyiar karena aku menganggap pekerjaan itu asyik. Aku ingin novelis karena aku suka nulis. Aku ingin jadi guru karena…”
b. Kosakata
Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan. Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan pokok isi cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca.Contoh kosakata yang terdapat dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku”
  1. antusias = bergairah; bersemangat.
  2. kriteria = ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu
  3. motivasi = dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
  4. monoton = selalu sama dengan yang dulu; itu-itu saja; tidak ada ragamnya
  5. mantan = bekas pemangku jabatan, (catatan: eks/bekas kekasih)
  6. profesi = Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb.) tertentu
  7. reporter =  penyusun laporan, wartawan
  8. risiko = akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
  9. strategi = rencana yang cermat kegiatan untuk mencapai sasaran khusus

c. Majas (Gaya Bahasa)
Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis), majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).

1. Majas perbandingan
Majas Perbandingan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:
  1. Metafora: majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau tingkatan lain. Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana. Contoh: Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari).
  2. Personifikasi: penginsanan yang meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa. Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak
  3. Depersonikasi: majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau dengan benda. Contoh: Dikau langit, daku bumi.; Aku heran melihat Joko mematung.
  4. Alegori: majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui kiasan atau penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, istri sebagai jurumudi.
  5. Antitesis: majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata berlawanan arti. Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.

2. Majas Pertentangan
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Yang termasuk Majas Pertentangan:
  1. Litotes adalah majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati. Contoh: Datanglah ke gubuk orang tuaku.
  2. Hiperbola adalah majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan. Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kabar yang kau berikan.
  3. Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan. Contoh: Zuqi merasa kesepian di tengah kota yang ramai.
  4. Klimaks adalah majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin menekan dan memuncak. Contoh: Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannnya.
  5. Antiklimaks adalah majas yang bertentangan dari klimaks. Pada antiklimaks makna yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah tingkatannya. Contoh: Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan keprihatinan itu.
  6. Ironi adalah kata yang digunakan mempunyai makna bertentangan dengan maksud sesungguhnya, misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Contoh: Merdu sekali suaramu hingga membuatku terbangun.

3. Majas pertautan
Majas Pertautan adalah ”Kata-kata berkias yang bertautan (berasosiasi) dengan gagasan, ingatan atau kegiatan panca indra pembicara atau penulisnya”. Terdapat bermacam-macam asosiasi sehingga membentuk bermacam-macam Majas Pertautan.
  1. Eufemisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan. Contoh: Rupanya anak ibu sudah berubah akal. (gila)
  2. Metonimis adalah majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Contoh: Ayahku ke Bali naik Rajawali. (Rajawali nama pesawat terbang)
  3. Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian untuk menyebut nama seluruhnya (pars prototo) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (totum proparte). Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari ini. (pars prototo), Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3:0. (totum preparte).

4. Majas perulangan
Majas peruulangan merupakan ungkapan gaya bahasa yang menegaskan pernyataan dengan tujuan peningkatan pengaruh dan kesan tertentu terhadap pembaca atau pendengar. Berikut jenis dan penjelasan majas perulangan beserta contohnya!
  1. Repetisi adalah majas penegasan yang mengulang melukiskan sesuatu perulangan kata atau beberapa kata pada beberapa kalimat. Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.
  2. Tautologi adalah majas yang mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh: Sungguh teganya, teganya, teganya, teganya.
  3. Anafora adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi biasa digunakan dalam puisi.
  4. Contoh: Memberi tak harus kaya// Memberi tak harus ada// Memberi dengan hati
  5. bukan karena paksaan.

d. Kalimat Deskriptif
Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu. Dalam cerpen, kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita. Contohnya dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku ” karya Hiakri Inka.
Aku menatap lalu lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang ke rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung. Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar, tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku lakukan.
(Suasana hati tokoh aku dan suasana bus yang mengantarkan tokoh aku pulang ke rumah
dari sekolah).